1.10.15

Mendefinisikan Fiddunya hasanah wa fil Akhiroti Hasanah (Baik di Dunia & baik di akhirat)

Bagaimana jika sesuatu yang kau yakini dan kau perjuangkan tiba tiba menjadi tanpa makna sama sekali ? mungkin saya tak pandai menulis sebuah intro tulisan yang bagus, tak pandai juga dalam memuat sebuah logic tulisan secara utuh dan terstruktur sehingga tulisan saya sering kali susah untuk dipahami karena fokusnya kemana mana, namun jelaslah saat ini saya sedang mengalami kebingungan perihal perubahan pandangan hidup karena beberapa peristiwa yang saya alami belakangan ini. 
Bahasan tentang ilmu hakikat, ma'rifat, syariat menjadi suguhan yang sering saya "nikmati". Saya memang baru dan tidak mengetahui banyak perkara ini sehingga seringkali saya dibuat galau dengan ketiga hal tersebut karena beberapa hal menjadi bertentangan antara satu sama lain. 
Garis besar yang saya tangkap bahwa ilmu hakikat intinya adalah menyatu dengan Allah, semua yang terjadi di Dunia ini sejatinya ya Allah, kita tidak usah terlalu bigung memikirkan dunia karena toh kehidupan yang sebenarnya adalah di Akhirat, selamat di Akhirat.  
Lalu bagaimana dengan definisi selamat di Dunia ? Selama ini saya mendefinisikanya sebagai berbuat hal hal yang baik dan bermanfaat di dunia. intinya, mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya, giat belajar, patuh pada orang tua, beraklaqul karimah, mengasilkan karya, berbuat baik dan memberi kemanfaatan bagi orang lain. saya sendiri merupakan anak yang suka penasaran dan memiliki impian seabrek yang menuntut saya untuk selalu berusaha keas utuk mewujudkan impian impian tersebut satu persatu.
Namun, melalui sumber "pelajaran" saya terkait ilmu hakikat tersebut saya sering diingatkan bahwa buat apa jadi orang yang berhasil, diuwongke oleh orang lain, diperhatikan oleh orang lain namun tidak diperhatikan oleh Allah ? Syariatnya, memang kita diharuskan untuk berdakwah, berjuang untuk agama Allah namun hakekatnya lebih baik jadi orang biasa biasa saja, yang ga diperhatikan manusia.
semangat saya pun perlahan jadi runtuh, mimpi mimpi yang saya bangun mendadak terlihat kabur, seperti tidak ingin diwujudkan lagi. Sikap tersebut belakangan saya ketahui dinamakan sikap zuhud, mungkin mirip dengan sufisme yang secara garis besar menghindari kepopuleran dan puja puji manusia, dan hanya berharap perhatian dari Allah.  yang jadi pertanyaan kemudian, apakah fiddunnya hasanah itu berarti mengamalkan sikap zuhud? Bagaimana jika sikap zuhud mempengaruhi dan atau merubah semangat kita untuk meraih sesuatu? Please tell me
to be continued
Mengapa  Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan