24.6.13

Kesiapan Indonesia dalam Pusaran Komunitas Ekonomi ASEAN 2015

     Bulan kemarin saya ikutan kompetisi menulis oleh PCIM Rusia dengan tema Potret Indonesia tahun 2014 , iseng pingin ikut (hadiah utamanya ke rusia soalnya :p), maka lahirlah tulisan tentang AEC ini. Walaupun akhirnya ga masuk jajaran pemenang alhamdulillah dapet sertifikat hhhe.
 

suka alfabet rusianya :)))))

walau masih berantakan, semoga tulisan saya  bermanfaat :) 



Kesiapan Indonesia dalam Pusaran Komunitas Ekonomi ASEAN 2015
Oleh : Tsabita Shabrina

Kurang dari 2 tahun mendatang, Indonesia dan negara negara ASEAN lainnya akan memasuki suatu tahap perubahan dalam hal integrasi ekonomi regional melalui Asean Economic Comunity (AEC) atau Komunitas Ekonomi ASEAN. Pembentukan AEC merupakan salah satu dari 3 gagasan yang teruang didalam ASEAN Community yang telah digagas sejak KTT Informal ASEAN tahun 1997 dan direncanakan untuk mulai diimplementasikan tahun 2015 mendatang. Tujuan dari digagasnya AEC ini adalah dalam rangka peningkatan daya saing kawasan di pasar global, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan standar hidup penduduk di negara-negara ASEAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berpengaruh di kawasan ASEAN, dan AEC merupakan momentum Indonesia dalam mengembangkan perekonomiannya, namun pada kenyataannya banyak pihak yang merasa bahwa Indonesia belum siap untuk menghadapi keterbukaan pasar dalam AEC tersebut.
Dalam Cetak Biru Asean Economic Community tersebut memuat karakteristik sebuah komunitas ekonomi dalam 4 pilar AEC, yaitu 1. Single Market and Production Base ; 2. Competitive Economic Region; 3. Equitable Economic Development; serta 4. Full Integration into Global Economy yang inti dari keempat pilar tersebut sebagaimana yang tersebut dalam Bali Concord II tahun 2003 adalah perluasan integrasi ekonomi ke semua negara anggota ASEAN dan membangun ASEAN sebagai sebuah pasar tunggal yang berbasiskan produksi dengan mendorong ASEAN menjadi lebih dinamis dan kompetitif dalam sektor barang, jasa, investasi, tenaga kerja ahli, dan modal.
Rencana Pelaksanaan Komunitas Ekonomi ASEAN ini, tidak hanya berbicara tentang hubungan ekonomi antarnegara yang lebih terbuka, karena pada dasarnya bukanlah negara yang punya hajat disini, tetapi masyarakat didalamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mebuat batas-batas negara menjadi kabur (borderless), melalui AEC tersebut semua individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih sesuatu, untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Walaupun begitu terbukanya kesempatan tersebut tentunya tidak sertamerta tanpa tantangan yang apabila kita tidak bersiap dari sekarang, kesempatan tersebut akan terbuang sia-sia atau bahkan malah menimbulkan kerugian.
Tidak perlu menunggu hingga tahun 2015, 2014 atau bulan depan untuk mulai menyadari proses globalisasi ini. Pemerintah dan Masyarakat lebih baik untuk tidak terlalu terlena dengan euforia pemilu 2014 mendatang dan perlu untuk segera bersiap dan bertindak agar tidak hanya menerima kerugian dalam pengimplementasian AEC mendatang. Terdapat beberapa poin yang kiranya bisa dilakukan baik pemerintah dan masyarakat untuk persiapan AEC tersebut, yaitu Pemaksimalan Upaya Sosialisasi; Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia; dan Penyelesaian Permasalahan Internal.
Pertama, Pemaksimalan Upaya Sosialisasi, Tidak dapat dipungkiri bahwa pengetahuan masyarakat Indonesia terkait hajatan besar AEC ini belum merata. Bila dibandingkan dengan Thailand, Indonesia, sebagai salah satu kekuatan ASEAN benar-benar masih jauh dibelakang Thailand untuk masalah sosialisasi. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi ditulisnya tulisan ini, yaitu ketika saya berkesempatan untuk melaksanakan magang selama sekitar 6 minggu di Thailand, atmosfir ASEAN dan AEC di Thailand sangatlah terasa. Pemerintah Thailand terlihat tak menganggap remeh pelaksanaan AEC, banyak sekali spanduk, umbul umbul dan papan-papan diberbagai fasilitas umum yang menginformasikan pelaksanaan AEC, media cetak dan televisi juga aktif mengabarkan berita ini melalui countdown yang dihitung mundur setiap harinya. Terkait pengedukasiannya, sosialisasi AEC juga dilakukan sejak dini dengan mengenalkan konsep ASEAN mulai dari taman kanak-kanak. Saya sendiri juga dibuat heran ketika beberapa kali bertemu penjual kaki lima dan penumpang lain di bus yang saya naiki selalu menanyakan tanggapan saya, sebagai warga negara Indonesia terkait pelaksanaan AEC.
Faktanya di Indonesia, beberapa pelaku ekonomi maupun akademisi pun bahkan masih banyak yang belum mengerti apakah ASEAN dan apa tujuannya. Maka dari itu, dalam waktu yang singkat seperti sekarang ini, sasaran sosialisasi yang krusial menurut saya adalah kepada pelaku ekonomi khususnya pengusaha kecil, kemudian mahasiswa dan pelajar yang akan memasuki masa kerja, kendati demikian pengenalan konsep ASEAN sejak dini juga perlu untuk diterapkan sesegera mungkin di Indonesia.
Kedua, Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia, Dengan kualitas SDM yang baik tentunya Indonesia bisa bersaing dengan tenaga kerja profesional asing lainnya. Pemerintah memang perlu membangun sarana dan prasarana dalam menunjang kegiatan ekonomi namun peningkatan kualitas SDM juga harus menjadi prioritas karena SDM tersebutlah yang nantinya akan mengelola jalannya perekonomian. Kemudian, penguasaan akan bahasa asing seperti bahasa Inggris, Arab dan Mandarin merupakan hal yang penting dalam komunikasi pada masyarakat internasional, kesulitan dalam memahami bahasa asing, terutama bahasa Inggris akan menyulitkan interaksi ekonomi antarnegra. Selain pengembangan skill dan bahasa, pengembangan networking akan memantapkan langkah masyarakat untuk mengenal dan beradaptasi dalam iklim yang kompetitif ini, pengembangan networking tersebut mungkin bisa dilakukan dengan mengadakan pertukaran pelajar ASEAN atau pertemuan pertemuan rutin antara seperti pengusaha kecil, investor dan pelaku ekonomi lainnya.
Ketiga, Penguatan Ekonomi Internal, Agar tidak tergerus aliran produk dari luar, pemerintah tentu perlu untuk mengembangankan dan memberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia, dengan memberikan informasi dan kemudahan untuk pengembangan produk mereka, seperti informasi terkait bagaimana memperoleh sertifikat halal atau pembelajaran untuk membuat label dan kemasan produk yang menarik. Poin yang penting adalah, pemerintah juga harus mempunyai kebijakan ekonomi yang dapat mendukung tenaga kerja dan pelaku, dunia usaha yang belum siap untuk menghadapi persaingan dalam AEC. Lebih jauh, Penguatan disini, bukan hanya pemberdayaan ekonomi lokal tetapi juga penyelesaian dan penuntasan peraturan –peraturan ekonomi. Pada dasarnya, bukan kapasitas saya dalam pemberian solusi secara detail terkait permasalahan ekonomi, namun dalam konteks AEC, banyak sekali pekerjaan yang harus di selesaikan pemerintah, seperti penyelesaian undang undang perburuhan, tenaga kerja, serta hal lain yang dalam perundang-undangannnya masih tumpang tindih. Jangan sampai nantinya Indonesia hanya bisa menguasai pasar buruh, sedangkan level profesional dan manajerialnya dikuasai oleh asing. Belum terlalu terlambat untuk memulai dari sekarang, apalagi dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, upaya upaya tersebut bisa dengan cepat, mudah dan murah untuk dilaksanakan.
Pada dasarnya, poin yang paling penting adalah bagaimana kita sebagai masyarakat Indonesia secara umum dalam menyikapi proses perubahan tersebut. 2015 memang bukanlah masih lama datangnya, tetapi belum terlambat untuk memulainya sekarang, saatnya kita mempunyai inisiatif dan kesadaran diri untuk maju. Masyarakat Indonesia harus mulai membangun karakter manusia yang selalu berkeinginan untuk maju dan meningkatkan kualitas diri. Kendati demikian, kita juga tidak boleh terlalu sibuk berfokus pada peningkatan diri sendiri dan terlalu individualistik dengan mengabaikan lingkungan disekitar kita, namun tetap merangsang dan memberdayakan lingkungan tersebut dengan saling membantu dan gotong royong. Oleh karena itu, dalam menyongsong AEC yang penuh peluang sekaligus tantangan tersebut, maka kita hanya memiliki dua pilihan, yaitu terlambat untuk menyadari, terlambat beraksi dan menjadi tertinggal atau peduli mulai kini, menggali potensi, dan siap untuk memanfaatkan serta menghadapi tantangan globalisasi.




Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan