Akhir tahun 2012 kemarin dinar bilang ke aku kalau sebentar
lagi tulisannya akan terbit menjadi sebuah buku lewat penerbit jalur indie, judulnya
“Love Journey” Aku agak kaget juga sih sebenernya, soalnya dinar ga ada cerita
apa apa sebelumnya, eh kok tetiba sudah mau terbit aja tulisannya hhhe. Tapi
emang iya sih semester ini aku jarang ngambil mata kuliah yang sama kayak dinar, (cuman
ketemu pas globin doang kayaknya) jadi aku ga seberapa tau sepak terjang nya
selama semester kemarin :p .
Beruntung sekali, Si Dinar dengan sangat baik hati
memberikan buku ini secara gratis kepadaku, karena menurutnya aku turut berperan
dalam merealisasikan salah satu bagian cerita yang dia tulis dalam buku ini,
namun, sosokku sengaja tidak ikut diceritakan secara gamblang, selain demi
kemaslahatan bersama, katanya :p. Nah, sebagai tanda terimakasih buat Dinar,
kutulislah resensi buku ini (komentar kali ya, lebih tepatnya), spesial buat
ranger dinar hahaha
-------------
Buku Love Journey ini merupakan buku yang berisi kumpulan
cerita perjalanan dari 18 penulis, dan dinar merupakan salah satu penulis tersebut.
Kesemua tulisan yang ada didalamnya merupakan pemenang lomba menulis cerita
perjalanan dengan tema “Love Journey”, kecuali 2 orang yaitu mb Dee An dan mas
Fatah yang bertindak sebagai penyunting sekaligus penggagas lomba yang ikut menyumbangkan
tulisannya disini. Mb Dee Ann merupakan seorang blogger berbakat yang sudah
menulis 9 antologi buku, Sedangkan Mas Fatah merupakan penulis Travellicious
Lombok dan banyak antologi lainnya, Mas Fatah ini kakak kelasku di HI lho, anak
HI emang kece2 ya, *ikut bangga* :"))
Secara umum aku menikmati baca buku ini, karena salah satu
tanda aku suka sama suatu buku adalah aku bisa menghabiskannya dalam waktu
cepat, alias bablas baca terus tanpa dianggurin. Sesuai dengan judulnya, buku
ini dikhususkan pada kisah perjalanan yang penuh dengan “cinta”, entah cinta
pada seseorang, alam, guru, sahabat, keluarga atau cinta kepada Tuhan.
Aku pun begitu menikmati setiap kisah yang dituturkan dalam
buku ini, karena ditulis “keroyokan” gaya penulisan dalam buku ini sangat
bervariasi, dari yang filosofis, sampai bahasa yang ringan dan renyah untuk
dibaca, sehingga perasaan saat membaca jadi campur aduk, kadang terkesima, bangga,
kadang terharu, sedih , bersyukur, mikir, bahkan ada yang sampe bikin aku senyum
senyum sendiri atau ketawa ga jelas,
hhha
Aku sendiri sangat terkesima membaca cerita dari Dr. Prita
tentang pengalamannya saat menjadi relawan di Gaza, Dr. Prita menceritakan
perjuangan rakyat palestina yang tetap tegar walau dijajah oleh Israel, tetap
semangat untuk berangkat menuntut ilmu walau hujan bom dimana mana, walau besar
kemungkinan pulang tinggal nama. Bagian yang paling bikin terenyuh adalah saat beliau
bertanya pada seorang dosen mengapa mereka menyuguhkan coca cola untuk menjamu
relawan relawan yang datang, padahal minuman tersebut notabene merupakan produk
amerika dan yahudi, dan dosen itu menjawab bahwa mereka berusaha mendatangkan
minuman itu lewat tunnels (terowongan terowongan) bawah tanah dengan
mempertaruhkan nyawa, demi bisa menjamu beliau, dan tamu –tamu lainnya yang
datang dari jauh. Sungguh, begitu besar upaya mereka untuk memuliakan tamu.
Kemudian saya dibuat terharu dengan pengalaman mbak Dian
Onasis, seorang ibu yang berupaya untuk tetap memberikan yang terbaik untik
putrinya saat liburan ke GuangZhou, Ah, saya jadi ingat
ibu saat baca tulisan itu. Lain lagi dengan tulisan Icho Achmad yang bikin aku
ketawa mbanyol karena dia yang hampir (pura-pura) mau bunuh diri ketika
cintanya ditolak :p juga cerita seru mbk Katarina, Ibu Muda (gaul gilak)
tentang pengalaman pertamanya saat belajar Diving di Tanjung Benoa, Bali yang
ditulis dengan bahasa atraktif hingga berasa live report, Oh iya, juga cerita mbak
Dee An akan kenangan masa muda, apalagi pas adegan minum air hujan di pintu
kereta juga bikin saya senyum-senyum sendiri hehehe
Cerita favorit saya lainnya, yaitu tulisan nya si Dinar yang
judulnya “ Mencari Senja di Delhi “ ! Ini bukan KKN lho, bukan gara gara dinar
teman saya atau gara gara dia udah ngasih buku ini gratisan, hha , disini
Dinar menceritakan tentang pengalamannya saat si Delhi dan Flashback ke
ingatannya tentang seseorang spesial yang kini sudah (hampir) menjadi milik
orang lain #hwesseh. saya suka karena alur penulisan kisahnya lain dari
pada yang lain, kalau didunia mode, tulisan dinar ini termasuk dalam kategori high fashion *halah*. Habis baca tulisan
dinar saya jadi merasa kalau tulisan tulisan saya (tulisan ini juga termasuk)
itu masih biasa banget alias masi cupu, hhe
Ini nih contohnya :
“Sepertinya aku jatuh
cinta pada senja, atau pada malaikat-malaikat yang terlihat saat senja. Biarpun
hanya sinar keemasan di ujung ruang, tapi cahayanya menyulap jiwa yang tenang
menjadi berantakan pada saat yang tidak terduga”
“Aku masi
menanggapinya dengan serius saat dia bercerita tentang batman yang tidak bisa
terbang, harga matras untuk naik gunung, dewa dewi India dan Kisah pengungsi –pengungsi
Merapi, lalu, Kapan bicara tentang kita? Aku tak pandai bicara jujur, begitu
juga dengannya.”
Waah, kalau aku mana pernah bisa nulis kayak gitu, hehehe Oh
iya, kayaknya di tulisanmu ini ada yang salah ketik deh boi, harusnya “perempatan
bank BNI” (titik 0 km Yogyakarta) tapi ditulisnya “Bank Mandiri” hhe, tapi gpp
sih alur kisahnya tetep seru kok :D
Oh iya, saya juga dibuat mikir pas baca tulisannya mas fatah
yang berjudul “Aku Cinta Indonesia?” yang berisi dilema terkait promosi
pariwisata Indonesia, antara ingin memajukan pariwisata indonesia atau membuat
celah untuk memeperbesar kerusakan alamnya, antara memberdayakan ekonomi lokal
atau memberi kesempatan investor rakus untuk menancapkan investasinya, karena
otomatis dengan bertambahnya jumlah pengunjung, situs situs pariwisata mau tidak
mau akan kehilangan pesonanya sedikit demi sedikit, entah karena sampah,
perusakan atau tindakan lainnya, tentang peningkatan ekonomi juga tak begitu
yakin apakah bisa merembes sampai ke bawah, mengingat investor asing yang lebih
mendominasi daripada masyarakat lokalnya. Hmm Iya juga sih ya, ya semoga
pengelolaan pariwisata indonesia lebih diperhatikan dan ngasi porsi buat
partisipasi masyarakat lokal, begitu juga kita, semoga bisa jadi masyarakat
lokal dan wisatawan yang peduli :D
Nah,
ini ada semboyan green traveler yang saya kutip dr tulisannya mas fatah yang
perlu diterapkan pada semua traveler :
“Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki, Jangan bunuh
Apapun kecuali Waktu, Jangan Ambil Apapun Kecuali Foto”
Yak, Buku ini, walau berjudul Love Journey dan umumnya berisi
tentang catatatan perjalanan, namun lebih memberi penekanan pada pertemuan
mereka akan “cinta” , jadi jangan harap ada detail yang menceritakan akomodasi
wisata atau budget perjalanan karena sejatinya buku ini memang bukan buku
panduan traveling. Sebagaimana yang saya tulis diawal, saya sangat menikmati
keseluruhan buku ini, Selain model penulisan yang variatif, banyak pelajaran dan
hal baru yang saya dapat setelah membaca buku ini, tentang syukur, sabar,
ketulusan dan banyak hal lainnya, termasuk fakta klo jodoh itu bisa datang dari
arah yang tidak disangka-sangka #lho hahaha Nah, walau ini tulisan non-fiksi
alias pengalaman nyata masing masing penulis, tapi alur dan gaya penulisannya
tetap terasa menarik dan tidak dibuat buat, terlepas masih terdapat tulisan dr
beberapa penulis yang kadang terlalu datar hehehe, Oh iya kalau misalnya foto2
didalamnya dibuat berwarna akan lebih asik.
Overall, seru banget deh baca buku ini, bikin mood yang
berantakan jadi kembali on ! Well, Saya kasih 7 bintang dari 10 bintang yang
saya punya hehehe, di tunggu karya berikutnya ya boi ! (ngomong sama kaca) :p
Sorry boi, kalau review nya masih cupu,
Best Regard, Bita :"))
Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan