1.1.13

Family Outing December 2012 :)


                Akhir tahun ini, saya dan keluarga bertandang kembali ke Lombok. Bagi saya sendiri, ini kunjungan ke tiga saya setelah akhir tahun 2004 dan 2010 silam (ceritanya bisa diintip disini ). Seperti biasa perjalanan ini sebenarnya tidak direncanakan matang, karena awalnya saya dan jebi lebih ingin ke Solo atau Bandung saja, tapi lagi-lagi ayah memutuskan untuk kembali ke Lombok, untuk sekalian menyambung silaturahmi dengan langganan dagang Ayah (Pak Sutrisno) yang sudah lama pesen kopyahnya Ayah. Sambil menyelam minum air, begitulah kira – kira :).
                Sebelum berangkat, Sore nya ada Acara Kumpul-Kumpul Keluarga besar Rutin, yang kali ini bertempat di rumah Mas Rofiq, di Suci, Gresik. Dan malamnya, sekitar pukul 21.30 malam, kami pun berangkat. Tujuan pertama yaitu ke Banyuwangi, ke rumah kerabat di Ketapang, yaitu Bu Ning, yang lokasinya tepat didepang pelabuhan Ketapang, Nah, itulah yang menjadi alasan “seringnya” kami memilih Bali menjadi tujuan wisata, karena hanya tinggal selangkah lagi untuk menyebrang. Pukul 6 pagi kami sampai di Banyuwangi, harusnya kami bisa sampai lebih cepat, tetapi kondisi jalan dan kendaraan sudah padat merambat karena menjelang libur natal.

--------
                Jam sudah menunjukkan pukul 11, Siang itu begitu panas dan kami tetap memutuskan untuk menyebrang ke Bali. Sebenarnya rombongan keluarga kami ada 3 mobil, tapi satu mobil harus kembali ke Malang karena masih ada acara, Akhirnya hanya dua mobil yang melanjutkan ke Bali. Antrian memang sangat padat, tetapi lancar. Tidak sampai satu jam, kami pun mendapat giliran. Satu persatu deretan mobil memasuki kapal dan berlayarlah kami ke Bali. Tujuan pertama kami, adalah Masjid, selain untuk sholat dan istirahat sejenak, tujuan kami ke Masjid adalah untuk memasak. Ya, memasak! Mungkin keluarga kami satu-satunya keluarga yang membawa kompor ketika melakukan perjalanan jauh, di sudut parkiran mobil, kami pun menanak nasi dan menggoreng telur. Ini bukanlah pengalaman pertama kami untuk memasak sendiri saat melakukan traveling, ketika mengunjungi Lombok 2010 silam kami sudah menenteng kompor dalam mobil, begitu juga saat family trip ke Lampung tahun 2009, kami juga  melakukan hal yang sama. Dari beberapa perjalanan tersebut saya menyadari kalau bakat, ehm, mental backpacker saya, saya dapat dari dari keluarga saya. hehehe
Ya, kompor dan alat2 masak ini ada di bagasi belakang !
                
Setelah ishoma, kami pun melanjutkan perjalanan, tujuan kami selanjutnya yaitu ziarah makam. Ya, keluarga besar saya berlatar belakang NU (Nahdlatul Ulama), dimana tradisi ziarah ke makam wali – wali atau ulama’ memiliki suatu keutamaan tersendiri. Oleh karena itu, akan selalu disempatkan untuk mengunjungi makam-makam waliyullah setiap melakukan perjalanan. habib Ali bin Umar bafaqih Bafaqih merupakan makam ulama yang kami kunjungi Sore itu, di depan gang makam juga ada beberapa bis dari jawa timur yang sedang ziarah. Melihat semua itu saya sendiri berasa bukan lagi di Bali, orang-orang lalu lalang pake peci dan sarung, serta kumpulan ibu ibu berbaju muslimah, berasa masih di jawa timur jadinya. 


Suasana Ziarah di Makam habib Ali bin Umar bafaqih, Bali

Ibuk dan jebi di yayasan dekat lokasi ziarah

Aku dan Bude, di depan gerbang menuju lokasi ziarah
          Matahari hampir mau pamit ketika kami kembali dari ziarah, kami pun langsung meneruskan perjalanan ke pusat kota Bali, Denpasar. Kala itu malam Natal, tetapi alhamdulillah jalanan tidak seberapa macet. Pukul 9 malam kami sudah berada di pusat kota, setelah ishoma , rombongan kami berpisah, Mobil Om Fauzan langsung menuju rumah teman Om fauzan untuk menginap karena tidak ikut serta ke Lombok, dan Mobil keluargaku (keluargaku dan keluarga Bude Mimik) langsung melaju ke Padang Bai malam itu juga. 
              Malam itu hujan rintik – rintik mengguyur Bali, perjalanan ke Padang Bai benar – benar tidak terasa karena sepanjang perjalanan aku tidur. Kira – Kira jam 12 Malam sampailah kami di padang Bai, biaya menyebrang untuk mobil pribadi sekitar 600.000an (lupa berapa tepatnya). And Still, walau malam itu malam natal, kondisi pelabuhan Padang Bai kala itu sepii, ga ada antrian yang berarti kaya dari Ketapang ke Gilimanuk, atau memang udah tengah malam ya, mungkin. Sayangnya, tidak seperti tahun 2009 lalu, kami dapat kapal biasa, yang hanya berisi kursi kursi panjang, ga ada kamarnya, ya gapapalah yang penting bisa selonjoran. Waktu menyebrang sekitar 4 jam, ga kerasa karena kami semua tidur, pules, capek banget seharian penuh di mobil. 
------------
Selamat Datang Di Lombok, bit! . Matahari pun perlahan mulai mengintip, Sekitar jam 4 pagi, kapal sudah bersandar di Pelabuhan Lembar, dan tujuan utama kami setelah itu, apa lagi kalau bukan masjid besar, mandi, sholat dan ya, memasak ! Setelah semua ritual tersebut selesai kami pun menyusuri Lombok pagi hari, Mobil yang dikemudikan Pakde melewati daerah Kota Tua di daerah Ampenan, kala itu berasa “Magic”, soalnya gambaran – gambaran kota tua itu sebelumnya uda pernah kubaca di majalah natgeo traveler itu kini terpampang didepan mata, dan Pas ke Lombok dulu aku ga begitu aware sama jalanan di Kota Tua ini, mirip – mirip sama daerah Kemasan di Kota Gresik gitu, i always love that kind of time-traveler journey !
                Sayangnya, kami tidak menyempatkan waktu sejenak untuk mampir atau sekedar berfoto di daerah Kota Tua tadi, karena kami langsung menuju Pantai Senggigi untuk tujuan pertama. Namun, setelah sampai di sekitar Senggigi, tidak ada satupun dari kami yang yakin dimana tepatnya belokan menuju pantai senggigi ini, akhirnya secara random pakde membelokkan mobil ke suatu pantai yang terlihat banyak orang datang kesana yang akhirnya kami tahu bahwa itu merupakan Pantai Batu Layar, kata orang – orang sana, pantai senggigi berada sekitar beberapa kilometer lagi. Di postingan liburan ke Lombok yang dulu, saya menulis kalau pantai senggigi itu kotor dan ga pemandangannya biasa aja,tapi akhirnya saya sadar saya keliru, karena pantai (yang dulu saya anggap) senggigi yang saya kunjungi dulu itu ya pantai Batu Layar, yang memang view pantai nya emang tidak begitu bersih.






bude - bude, ayah dan ibuk

                Setelah puas main – main di Batu Layar, Ayah pun bingung untuk memutuskan kemana destinasi selanjutnya. Memang karena ini tujuan utamanya itu Silaturahmi ke Pak Sutrisno jadi tujuan – tujuan wisata nya belum kami rancang secara khusus. Awalnya Bude Ingin kembali lagi ke daerah Praya dan Rambitan untuk mengunjungi desa wisata sasak dan dilanjutkan ke Pantai Kuta Lombok, sama seperti tahun 2010 lalu, tapi aku ngotot buat cari destinasi lain. Pliss, di Lombok banyak banget destinasi yang bisa dikunjungi, masak balik – baliknya sama aja yang dikunjungi tahun lalu. Akhirnya aku pun ingat pernah minta itenerary wisata Lombok ke Mas Fatah – Kakak Kelas HI yang Penulis Travellicious Lombok. Sejurus kemudian kubuka laptop dan kucari file nya, setelah baca cepat (karena laptop lo-bat dan ga ada sarana buat nge-charge) ada dua pilihan, ke pusat kota untuk ke Museum NTB dan Narmada, atau ke Gili Trawangan. Setelah berunding sejenak  kami memutuskan untuk menuju Gili Trawangan, berdasarkan cerita cerita dari teman teman yang sudah pernah “benar-benar” ke Lombok  buat traveling, Gili Trawangan terdengar lebih oke .

--------------
cerita Gili Trawangan bisa diintip di postingan selanjutnya :)
Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar