Akhir
tahun ini, saya dan keluarga bertandang kembali ke Lombok. Bagi saya sendiri,
ini kunjungan ke tiga saya setelah akhir tahun 2004 dan 2010 silam (ceritanya bisa diintip disini ). Seperti
biasa perjalanan ini sebenarnya tidak direncanakan matang, karena awalnya saya
dan jebi lebih ingin ke Solo atau Bandung saja, tapi lagi-lagi ayah memutuskan
untuk kembali ke Lombok, untuk sekalian menyambung silaturahmi dengan langganan
dagang Ayah (Pak Sutrisno) yang sudah lama pesen kopyahnya Ayah. Sambil
menyelam minum air, begitulah kira – kira :).
Sebelum
berangkat, Sore nya ada Acara Kumpul-Kumpul Keluarga besar Rutin, yang kali ini
bertempat di rumah Mas Rofiq, di Suci, Gresik. Dan malamnya, sekitar pukul 21.30
malam, kami pun berangkat. Tujuan pertama yaitu ke Banyuwangi, ke rumah kerabat
di Ketapang, yaitu Bu Ning, yang lokasinya tepat didepang pelabuhan Ketapang, Nah,
itulah yang menjadi alasan “seringnya” kami memilih Bali menjadi tujuan wisata,
karena hanya tinggal selangkah lagi untuk menyebrang. Pukul 6 pagi kami sampai
di Banyuwangi, harusnya kami bisa sampai lebih cepat, tetapi kondisi jalan dan
kendaraan sudah padat merambat karena menjelang libur natal.
--------
Jam sudah
menunjukkan pukul 11, Siang itu begitu panas dan kami tetap memutuskan untuk
menyebrang ke Bali. Sebenarnya rombongan keluarga kami ada 3 mobil, tapi satu
mobil harus kembali ke Malang karena masih ada acara, Akhirnya hanya dua mobil
yang melanjutkan ke Bali. Antrian memang sangat padat, tetapi lancar. Tidak
sampai satu jam, kami pun mendapat giliran. Satu persatu deretan mobil memasuki
kapal dan berlayarlah kami ke Bali. Tujuan pertama kami, adalah Masjid, selain
untuk sholat dan istirahat sejenak, tujuan kami ke Masjid adalah untuk memasak.
Ya, memasak! Mungkin keluarga kami satu-satunya keluarga yang membawa kompor
ketika melakukan perjalanan jauh, di sudut parkiran mobil, kami pun menanak
nasi dan menggoreng telur. Ini bukanlah pengalaman pertama kami untuk memasak
sendiri saat melakukan traveling, ketika mengunjungi Lombok 2010 silam kami
sudah menenteng kompor dalam mobil, begitu juga saat family trip ke Lampung
tahun 2009, kami juga melakukan hal yang
sama. Dari beberapa perjalanan tersebut saya menyadari kalau bakat, ehm, mental
backpacker saya, saya dapat dari dari keluarga saya. hehehe
Ya, kompor dan alat2 masak ini ada di bagasi belakang ! |
Setelah
ishoma, kami pun melanjutkan perjalanan, tujuan kami selanjutnya yaitu ziarah
makam. Ya, keluarga besar saya berlatar belakang NU (Nahdlatul Ulama), dimana
tradisi ziarah ke makam wali – wali atau ulama’ memiliki suatu keutamaan
tersendiri. Oleh karena itu, akan selalu disempatkan untuk mengunjungi makam-makam
waliyullah setiap melakukan perjalanan. habib Ali bin Umar bafaqih Bafaqih merupakan makam ulama yang
kami kunjungi Sore itu, di depan gang makam juga ada beberapa bis dari jawa
timur yang sedang ziarah. Melihat semua itu saya sendiri berasa bukan lagi di
Bali, orang-orang lalu lalang pake peci dan sarung, serta kumpulan ibu ibu
berbaju muslimah, berasa masih di jawa timur jadinya.
Suasana Ziarah di Makam habib Ali bin Umar bafaqih, Bali |
Ibuk dan jebi di yayasan dekat lokasi ziarah |
Aku dan Bude, di depan gerbang menuju lokasi ziarah |
Matahari
hampir mau pamit ketika kami kembali dari ziarah, kami pun langsung meneruskan
perjalanan ke pusat kota Bali, Denpasar. Kala itu malam Natal, tetapi
alhamdulillah jalanan tidak seberapa macet. Pukul 9 malam kami sudah berada di
pusat kota, setelah ishoma , rombongan kami berpisah, Mobil Om Fauzan langsung
menuju rumah teman Om fauzan untuk menginap karena tidak ikut serta ke Lombok,
dan Mobil keluargaku (keluargaku dan keluarga Bude Mimik) langsung melaju ke
Padang Bai malam itu juga.
Malam
itu hujan rintik – rintik mengguyur Bali, perjalanan ke Padang Bai benar –
benar tidak terasa karena sepanjang perjalanan aku tidur. Kira – Kira jam 12
Malam sampailah kami di padang Bai, biaya menyebrang untuk mobil pribadi
sekitar 600.000an (lupa berapa tepatnya). And Still, walau malam itu malam
natal, kondisi pelabuhan Padang Bai kala itu sepii, ga ada antrian yang berarti
kaya dari Ketapang ke Gilimanuk, atau memang udah tengah malam ya, mungkin.
Sayangnya, tidak seperti tahun 2009 lalu, kami dapat kapal biasa, yang hanya
berisi kursi kursi panjang, ga ada kamarnya, ya gapapalah yang penting bisa
selonjoran. Waktu menyebrang sekitar 4 jam, ga kerasa karena kami semua tidur,
pules, capek banget seharian penuh di mobil.
------------
Selamat
Datang Di Lombok, bit! . Matahari pun perlahan mulai mengintip, Sekitar jam 4 pagi, kapal sudah bersandar di Pelabuhan Lembar,
dan tujuan utama kami setelah itu, apa lagi kalau bukan masjid besar, mandi,
sholat dan ya, memasak ! Setelah semua ritual tersebut selesai kami pun
menyusuri Lombok pagi hari, Mobil yang dikemudikan Pakde melewati daerah Kota Tua
di daerah Ampenan, kala itu berasa “Magic”, soalnya gambaran – gambaran kota
tua itu sebelumnya uda pernah kubaca di majalah natgeo traveler itu kini terpampang didepan mata, dan Pas ke
Lombok dulu aku ga begitu aware sama jalanan di Kota Tua ini, mirip – mirip sama
daerah Kemasan di Kota Gresik gitu, i always love that kind of time-traveler
journey !
Sayangnya,
kami tidak menyempatkan waktu sejenak untuk mampir atau sekedar berfoto di
daerah Kota Tua tadi, karena kami langsung menuju Pantai Senggigi untuk tujuan
pertama. Namun, setelah sampai di sekitar Senggigi, tidak ada satupun dari kami
yang yakin dimana tepatnya belokan menuju pantai senggigi ini, akhirnya secara
random pakde membelokkan mobil ke suatu pantai yang terlihat banyak orang
datang kesana yang akhirnya kami tahu bahwa itu merupakan Pantai Batu Layar,
kata orang – orang sana, pantai senggigi berada sekitar beberapa kilometer
lagi. Di postingan liburan ke Lombok yang dulu, saya menulis kalau pantai
senggigi itu kotor dan ga pemandangannya biasa aja,tapi akhirnya saya sadar
saya keliru, karena pantai (yang dulu saya anggap) senggigi yang saya kunjungi
dulu itu ya pantai Batu Layar, yang memang view pantai nya emang tidak begitu
bersih.
bude - bude, ayah dan ibuk |
Setelah
puas main – main di Batu Layar, Ayah pun bingung untuk memutuskan kemana
destinasi selanjutnya. Memang karena ini tujuan utamanya itu Silaturahmi ke Pak
Sutrisno jadi tujuan – tujuan wisata nya belum kami rancang secara khusus.
Awalnya Bude Ingin kembali lagi ke daerah Praya dan Rambitan untuk mengunjungi
desa wisata sasak dan dilanjutkan ke Pantai Kuta Lombok, sama seperti tahun
2010 lalu, tapi aku ngotot buat cari destinasi lain. Pliss, di Lombok banyak
banget destinasi yang bisa dikunjungi, masak balik – baliknya sama aja yang
dikunjungi tahun lalu. Akhirnya aku pun ingat pernah minta itenerary wisata Lombok ke Mas Fatah
– Kakak Kelas HI yang Penulis Travellicious Lombok. Sejurus kemudian kubuka laptop dan kucari file
nya, setelah baca cepat (karena laptop lo-bat dan ga ada sarana buat nge-charge)
ada dua pilihan, ke pusat kota untuk ke Museum NTB dan Narmada, atau ke Gili
Trawangan. Setelah berunding sejenak kami
memutuskan untuk menuju Gili Trawangan, berdasarkan cerita cerita dari teman
teman yang sudah pernah “benar-benar” ke Lombok buat traveling, Gili Trawangan terdengar lebih
oke .
--------------
--------------
cerita Gili Trawangan bisa diintip di postingan selanjutnya :)
Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar