Communication Student Summit 2013 : Wujudkan Ide untuk Indonesia Baru !
with : @isfansyah , @bukik & @maswaditya
Sun, 19 -05- 2013. at Aula Garuda Mukti Kampus C Unair Surabaya.
Sun, 19 -05- 2013. at Aula Garuda Mukti Kampus C Unair Surabaya.
Krisis terbesar yang sedang kita hadapi bukanlah krisis ekonomi, politik, bahkan moral. Namun, krisis imajinasi. Jansen H. Sinamo
Untuk merayakan hari ulang tahunnya
yang ke 25, Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Airlangga menyelenggarakan
“Communication Student Summit 2013” yang berlokasi di Aula Garuda Mukti Kampus
C Unair, Surabaya. Acara yang mengusung tema utama ‘Menuju Indonesia Baru’
tersebut menghadirkan 3 pembicara yang ciamik,
yaitu Mas Budi Setiawan, Seorang pendidik, Penggiat social media dan founder Indonesia
Bercerita, ; Mas Ifa Isfansyah, sutradara film Sang Penari, Garuda di
Dadaku, 9summer10autums dan beberapa karya lainnya; serta Mas Wahyu Aditya, Founder & CEO of HelloMotion, HelloFest & KDRI. Penulis Buku
Sila ke 6 : Kreatif Sampai Mati! dengan di moderatori oleh dosen ilmu
komunikasi Universitas Airlangga, Igak Satrya.
Pada
Sesi pertama Mas Budi Setiawan yang lebih akrab dipanggil mas @bukik ini
menyampaikan gagasan tentang apakah yang dimaksud dengan “Indonesia Baru”. Mas
Bukik menganalogikan konsep “Indonesia Baru” tersebut dengan “Indonesia yang move on” alias Indonesia yang mau
Berubah dan tidak takut dengan Perubahan. Gagasan utama pada materi yang beliau
sampaikan adalah bagaimana cara mengatasi krisis utama yang sedang dihadapi
oleh bangsa Indonesia, yaitu krisis imajinasi. Imajinasi yang dimaksud adalah
sebuah mimpi dan keyakinan akan suatu perubahan yang lebih baik. Di contohkan
dengan bagaimana Tan Malaka yang pada tahun 1927 sudah menelurkan buku yang
berjudul “Menuju Republik Indonesia” dimana pada tahun tersebut memimpikan
suatu bangsa yang merdeka merupakan hal yang ‘gila’ atau sangat sulit untuk
dicapai, namun akhirnya mimpi tersebut dapat terealisasikan. Oleh karena itu
pemuda masa kini tidak boleh kehilangan mimpi dan imajinasi, dalam segala
aspek. Mas Bukik juga memaparkan bahwa, Sebagai bangsa yang besar, masyarakat Indonesia
harus berorientasi pada kekuatan yang dimiliki serta memanfaatkannya untuk hal
positif, bukannya berlarut pada kekurangan – kekurangannya.
pembicara : @isfansyah, @bukik @maswaditya (maaf, cuma bawa kamera hp :''' ) |
Selanjutnya
menuju pada Pembicara kedua, Mas Ifa Ifansyah yang membahas tentang kekuatan
media dan teknologi serta bagaimana cara memanfaatkannya menjadi suatu hal yang
positif. Menurut mas ifa, Dalam era digital saat ini bukanlah model atau
spesifikasi sebuah teknologi yang merupakan hal yang terpenting, namun “konten”
& “Value” yang dibawa melalui teknologi tersebut. Tidak peduli bagaimana
pesatnya perkembangan teknologi, apabila konten & value yang dibawa tidak
memiliki arti apa-apa maka yang terjadi adalah suatu stagnansi. Sebagai
seseorang yang bekerja di bidang perfilm-an, Idealisme mas ifa juga beliau
pegang dengan selalu mengedepankan ‘value’ pada tiap karyanya, bukannya untuk
mengejar untung semata. Begitu juga dalam berkarya di bidang yang lain, apapun,
suatu karya sebaiknya tidak semata mata berorientasi pada profit sehingga
menghalalkan segala cara untuk menimbun keuntungan yang banyak, karena menurut
mas ifa materi bisa saja habis, namun jika karya yang dibuat membawa manfaat,
maka value tersebut akan terus
melekat dan menjadi ‘kekayaan’ kita yang lain. Secara tidak langsung mas ifa
juga mengajak untuk bersama sama menjadi pengguna teknologi (khususnya social
media) untuk lebih cerdas untuk memanfaatkan kemudahan dan kebebasan
berekspresi tersebut secara positif dan bertanggung jawab.
mas ifa isfansyah |
Di
sesi akhir, mas wahyu aditya yang berlatar belakang seni dan desain ini mewacanakan
sebuah model baru dalam konsep nasionalisme, yaitu “nasionalisme gaul” alias
cinta indonesia yang keren dan ga ketinggalan jaman. Dengan “nasionalisme gaul”
tersebut, Kakak yang lebih suka dipanggil mas wadit ini melihat “indonesia
baru” sebagai indonesia yang “baru” secara visual. Mas Wadit melihat bahwa
Indonesia saat ini perlu revolusi dalam
hal desain, mengingat banyaknya simbol-simbol umum serta logo logo resmi yang
dirasa membingungkan dan kurang friendly.
Dicontohkan mas wadit dengan simbol visit indonesia yang tidak praktis dan
ribet serta logo resmi kemerdekaan republik Indonesia yang monoton serta banyak
contoh lainnya, mas wadit akhirnya secara konsisten banyak melahirkan karya
desain baru untuk simbol dan logo-logo tersebut agar lebih fresh dan lebih
banyak diambil manfaatnya. Presentasi Mas Wadit menggugah pemuda Indonesia
untuk berani berkarya dan berekspresi secara positif serta menunjukkan
bagaimana kekuatan visual dalam kreatifitas desain dapat meningkatkan
kepercayaan diri dan membawa efek yang besar dalam upaya suatu pergerakan ke
arah yang lebih baik. (menyebar ide kreatif)
nasionalisme gaul dalam revolusi simbol dan logo ala mas waditya |
Sebuah bangsa tidak boleh
kehilangan ‘imajinasi’ untuk menuju suatu “perubahan positif”, dan proses
perubahan tersebut bisa melalui media apa saja, asal fokus dan konsisten dalam
setiap proses yang dilakukan. Nah, keren keren kan pembicaranya ? So, pemuda
indonesia, jangan takut untuk memulai perubahan yang positif :)
@tsabitabee
setiap penanya di bikin sketsa nya dilayar sama mas wadit :)) |
goody bag + bonus majalah marketeers hhe |
setelah berdesakan, buku KSM saya akhirnya di ttd + digambarin mas wadit :)) |
karya rilla mawwala :)) |
ril, maafkan aku ga bisa mintain ttd buat gambarmu :(, smoga bisa ketemu mas waditya lagi kapan2, kita ajak rujak an hhhe :))
Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan
wihh ! manteb!
BalasHapuswaah *surprise*,kok bisa nyasar kesini mas,hhe trimakasih sudah mampir :)
BalasHapus