23.5.13

Communication Student Summit 2013 report :)



Communication Student Summit 2013 : Wujudkan Ide untuk Indonesia Baru !
with : @isfansyah , @bukik & @maswaditya
Sun, 19 -05- 2013. at Aula Garuda Mukti Kampus C Unair Surabaya.
Krisis terbesar yang sedang kita hadapi bukanlah krisis ekonomi, politik, bahkan moral. Namun, krisis imajinasi. Jansen H. Sinamo

Untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke 25, Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Airlangga menyelenggarakan “Communication Student Summit 2013” yang berlokasi di Aula Garuda Mukti Kampus C Unair, Surabaya. Acara yang mengusung tema utama ‘Menuju Indonesia Baru’ tersebut menghadirkan 3 pembicara yang ciamik, yaitu Mas Budi Setiawan, Seorang pendidik, Penggiat social media dan founder Indonesia Bercerita, ; Mas Ifa Isfansyah, sutradara film Sang Penari, Garuda di Dadaku, 9summer10autums dan beberapa karya lainnya; serta Mas Wahyu Aditya, Founder & CEO of HelloMotion, HelloFest & KDRI. Penulis Buku Sila ke 6 : Kreatif Sampai Mati! dengan di moderatori oleh dosen ilmu komunikasi Universitas Airlangga, Igak Satrya. 
                Pada Sesi pertama Mas Budi Setiawan yang lebih akrab dipanggil mas @bukik ini menyampaikan gagasan tentang apakah yang dimaksud dengan “Indonesia Baru”. Mas Bukik menganalogikan konsep “Indonesia Baru” tersebut dengan “Indonesia yang move on” alias Indonesia yang mau Berubah dan tidak takut dengan Perubahan. Gagasan utama pada materi yang beliau sampaikan adalah bagaimana cara mengatasi krisis utama yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, yaitu krisis imajinasi. Imajinasi yang dimaksud adalah sebuah mimpi dan keyakinan akan suatu perubahan yang lebih baik. Di contohkan dengan bagaimana Tan Malaka yang pada tahun 1927 sudah menelurkan buku yang berjudul “Menuju Republik Indonesia” dimana pada tahun tersebut memimpikan suatu bangsa yang merdeka merupakan hal yang ‘gila’ atau sangat sulit untuk dicapai, namun akhirnya mimpi tersebut dapat terealisasikan. Oleh karena itu pemuda masa kini tidak boleh kehilangan mimpi dan imajinasi, dalam segala aspek. Mas Bukik juga memaparkan bahwa, Sebagai bangsa yang besar, masyarakat Indonesia harus berorientasi pada kekuatan yang dimiliki serta memanfaatkannya untuk hal positif, bukannya berlarut pada kekurangan – kekurangannya.
pembicara : @isfansyah, @bukik @maswaditya (maaf, cuma bawa kamera hp :''' )
                Selanjutnya menuju pada Pembicara kedua, Mas Ifa Ifansyah yang membahas tentang kekuatan media dan teknologi serta bagaimana cara memanfaatkannya menjadi suatu hal yang positif. Menurut mas ifa, Dalam era digital saat ini bukanlah model atau spesifikasi sebuah teknologi yang merupakan hal yang terpenting, namun “konten” & “Value” yang dibawa melalui teknologi tersebut. Tidak peduli bagaimana pesatnya perkembangan teknologi, apabila konten & value yang dibawa tidak memiliki arti apa-apa maka yang terjadi adalah suatu stagnansi. Sebagai seseorang yang bekerja di bidang perfilm-an, Idealisme mas ifa juga beliau pegang dengan selalu mengedepankan ‘value’ pada tiap karyanya, bukannya untuk mengejar untung semata. Begitu juga dalam berkarya di bidang yang lain, apapun, suatu karya sebaiknya tidak semata mata berorientasi pada profit sehingga menghalalkan segala cara untuk menimbun keuntungan yang banyak, karena menurut mas ifa materi bisa saja habis, namun jika karya yang dibuat membawa manfaat, maka value tersebut akan terus melekat dan menjadi ‘kekayaan’ kita yang lain. Secara tidak langsung mas ifa juga mengajak untuk bersama sama menjadi pengguna teknologi (khususnya social media) untuk lebih cerdas untuk memanfaatkan kemudahan dan kebebasan berekspresi tersebut secara positif dan bertanggung jawab. 
mas ifa isfansyah
                Di sesi akhir, mas wahyu aditya yang berlatar belakang seni dan desain ini mewacanakan sebuah model baru dalam konsep nasionalisme, yaitu “nasionalisme gaul” alias cinta indonesia yang keren dan ga ketinggalan jaman. Dengan “nasionalisme gaul” tersebut, Kakak yang lebih suka dipanggil mas wadit ini melihat “indonesia baru” sebagai indonesia yang “baru” secara visual. Mas Wadit melihat bahwa Indonesia  saat ini perlu revolusi dalam hal desain, mengingat banyaknya simbol-simbol umum serta logo logo resmi yang dirasa membingungkan dan kurang friendly. Dicontohkan mas wadit dengan simbol visit indonesia yang tidak praktis dan ribet serta logo resmi kemerdekaan republik Indonesia yang monoton serta banyak contoh lainnya, mas wadit akhirnya secara konsisten banyak melahirkan karya desain baru untuk simbol dan logo-logo tersebut agar lebih fresh dan lebih banyak diambil manfaatnya. Presentasi Mas Wadit menggugah pemuda Indonesia untuk berani berkarya dan berekspresi secara positif serta menunjukkan bagaimana kekuatan visual dalam kreatifitas desain dapat meningkatkan kepercayaan diri dan membawa efek yang besar dalam upaya suatu pergerakan ke arah yang lebih baik. (menyebar ide kreatif)
nasionalisme gaul dalam revolusi simbol dan logo ala mas waditya
Sebuah bangsa tidak boleh kehilangan ‘imajinasi’ untuk menuju suatu “perubahan positif”, dan proses perubahan tersebut bisa melalui media apa saja, asal fokus dan konsisten dalam setiap proses yang dilakukan. Nah, keren keren kan pembicaranya ? So, pemuda indonesia, jangan takut untuk memulai perubahan yang positif :)
@tsabitabee

Dan Lain Lain :)))  :

setiap penanya di bikin sketsa nya dilayar sama mas wadit :))
goody bag + bonus majalah marketeers hhe
setelah berdesakan, buku KSM saya akhirnya  di ttd + digambarin mas wadit :))
karya rilla mawwala :))

ril, maafkan aku ga bisa mintain ttd buat gambarmu :(, smoga bisa ketemu mas waditya lagi kapan2, kita ajak rujak an hhhe :))

Paragraf Pertama
Semua Paragrap yang di sembunyikan

2 komentar:

  1. waah *surprise*,kok bisa nyasar kesini mas,hhe trimakasih sudah mampir :)

    BalasHapus