Setelah denger kabar kalo wombopala (wong mbois pecinta alam, red.) bakal ngadain trip ke air terjun, aku stuck antara dua keadaan, antara senang dan bimbang, senang karena weekend ku gak akan suram, bimbang karena ragu apakah aku bakal diijinin ikut sama ayahku buat pergi, yang bikin ayah agak berat ngasih ijin itu soalnya bulan ini aku udah jalan2 ke WBL sama temen2 BEM trus mbolang ke Ambarawa sama temen2 kelas. So, pesimis rasanya untuk pergi lagi bulan ini, apalagi ke Probolinggo. Dan kekhawatiran itu akhirnya terjadi, ibuk sih mengijinkan walau agak berat, tapi ayah rada alot, dan itu berlangsung slama dua hari yang sukses membuatku terombang ambing antara yo dan gak. padahal itu aku ijinnya ke
Cerita yang aku share disini, pada akhirnya ga sesuai dengan bayanganku sebelumnya, yang bakal nyeritain hal yang menyenangkan dari awal sampe akhir seperti biasanya, postingan ini bukan cerita tentang nyobain gramedia dan mushola ekslusif grand city (mal baru deket delta) sama truly sebelum berangkat ke malang, lupa klo ada acara BEM (parah), atau dua backpacker prancis yang kutemui di kereta sore saat berangkat ke malang (ceritanya mereka mau ke bromo),bukan, bukan tentang itu, tapi ini cerita tentang suatu kejadian yang ga bakal kulupa, ya, gak akan kulupa.
Hari itu, setelah perjalanan sekitar 3jam dari
Jam nunjukin sekitar jam satu siang, Setelah menjelajah diantara sungai berbatu dan puas bermain2 air kami ber-12 memutuskan untuk kembali, karena menurut guidenya sebentar lagi akan turun hujan dan lokasi air terjun tersebut akan berbahaya bila hujan sudah turun, well, akhirnya kami kembali menyusuri jalan yang sama seperti saat kita berangkat tadi. Pada awalnya semua berjalan baik-baik saja, kita masih tertawa haha-hihi, saling mengejek dan melempar guyon,, saat itu cewek2 berjalan di depan ada Rila, Alin dan Gembuk yang paling depan, lalu ada Aku, Dino, Malin dan Abai. Saat itu aku ngobrol santai sama dino, sambil cengengas cengenges, masih ingat sekali kami membicarakan kakak si dino yang barusan married, aku ga konsentrasi sama jalan setapak berbatu licin yang kulalui padahal di kiriku itu ada jurang kecil sedalam sekitar 4 meter dan ....
"bruukkkkk!!" aku terjatuh , masih ingat sekali, tubuhku menghantam batu dua kali, lalu berhenti dengan posisi tangan kanan tertindih badanku, badanku gemetaran, aku ga iso mikir , kudengar diatas suara gaduh manggil manggil aku, tapi aku masih tertelungkup, masih diam ga percaya. badanku masih gemetaran.., pelan-pelan kaki kuselonjorin , di bawah uda ada abai sama pak guide nanya2in aku segala macem, tapi aku malah diem, bingung (bahasa jawanya : petenggengen) setelah ditanyain mana yang sakit sama guidenya aku bilang tanganku, trus tangan kananku di urut sama pak guidenya. aku pengen nangis, nyesek. aku pengen nangis bukan gara2 sakit, biasa aja malah sakitnya, aku nyesek itu gara2 inget ibukku, ya Allah,, pas itu aku merasa bersalah banget sama ibuk, apalagi ayah, merasa.. menyalahgunakan kepercayaan ,,,
Tahukan kalian kawan? ini bukanlah pertama kalinya aku ga ijin secara sempurna, dulu ke blitar, bilangnya ke
Slama perjalanan pulang, dan sampai sekarang aku jadi mikir, ya, emang aku salah atas ketidakjujuranku, tapi bukan apa2, ayahku bukan tipe orang tua yang mbiarin anaknya semaunya, cewek, pergi kemanamana sendiri atau bahkan rame2 pun, tanpa alasan yang jelas alias cuman pingin mbolang, apalagi model backpacker yang semua serba ekonomi dan keamanan yang tidak pasti, jelas bukan itu yang diharapkan orangtuaku yang tentunya mereka ingin aku jadi anak yang manis, dan melakukan kegiatan seperti yang lainnya, kuliah, belajar yang rajin dan lain sebagainya, makannya aku selalu beralibi kalau kepergianku itu buat riset atu proyek belajarku, ya tapi ga salah toh, dengan mengunjungi banyak tempat aku jadi banyak tahu gimana keadaan diluar sana yang otomatis banyak meluaskan sudut pandangku salam melihat sesuatu.
Sampai note ini ditulis, aku ga cerita apa2 sama ayah atau ibuku. walau ibuk bertanya knapa aku cuma di kasur aja seharian dengan ditemani balsem dan minyak taw*n, aku jawab capek biasa (padahal njarem) , Aku sadar, kejadian ini merupakan teguran dari Allah dan bakal aku ambil hikmahnya, yaitu untuk benar2 ijin dengan jelas mau kemana aku, sama siapa dan dengan alasan yang jelas, ga bisa toh aku terus menerus beralibi klo mau kemanamana. semoga pada saat itu aku bisa memberi pengertian sama ayah n ibukku dan meyakinkan mereka klo apa yang kulakuin ini ga cuman sekedar main and that’s worth to do dan yang penting mereka ga perlu khawatir , InsyaAllah, everything will be fine. Selama niat dan tujuannya baik. =)
Thanks God for giving me a chance to learn and think, Alhamdulillah, I’ll never forget . . =)
semoga tulisan ini bermanfaat :)
(bee,2011)
Paragraf Pertama
deskripsiin jatohnya yg lebay dong. biar aku jg ngerasain jatohmu. bhahaha
BalasHapusaku sek beginner lul lek suruh nggae cerita sing berefek dramatis, :p
BalasHapuswes talah , bayangno ae koyo ndek tipi2, jatoh gedebuk , terpelanting dari atas ke jurang berbatu, that's it :)
that's your story.
BalasHapusnow let's visit mine :)
aih.. aku juga dulu sering "mengurang2i" informasi ke orang tua.. demi mendapat ijin.. :p
BalasHapus@lalatjee : waaah, iya nih, namanya juga biar ortu gak kuatir kan , ya tp serba salah jadinya , gmn cara kita kasi pengertian ke mereka aja mnurutku hhe
BalasHapus